Bukuran, Kalijambe, Sragen Siap Jadi Destinasi Baru Penopang Sangiran, Dosen DKV ISI Surakarta Soroti Kekuatan Branding Budaya Lokal

Tanggal

Upaya serius Pemerintah Kabupaten Sragen dalam memperluas jangkauan pariwisata memasuki babak baru dengan dilaksanakannya verifikasi lapangan Desa Wisata Bukuran di Kecamatan Kalijambe. Desa Bukuran diproyeksikan menjadi Destinasi Wisata Baru Penopang Situs Manusia Purba Sangiran yang telah diakui sebagai Warisan Dunia. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan pada Kamis, 6 November 2025, dengan melibatkan tim ahli multidisiplin untuk menilai kelayakan dan kesiapan desa secara menyeluruh.

Tim verifikator yang ditugaskan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Sragen merupakan kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan media. Di antara para verifikator terdapat Ipung Kurniawan Yunianto, M.Sn., seorang dosen dari Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, yang membawa kepakaran di bidang branding destinasi. Tim ini juga diperkuat oleh perwakilan akademisi dari Politeknik Pariwisata Bali (PSDKU Sragen), Universitas Sragen, serta awak media dari Solo Pos.

Drs. I Yusep Wahyudi, M.Si., Kepala Dispora Kabupaten Sragen, menegaskan bahwa Desa Bukuran memiliki nilai strategis yang tidak bisa diabaikan. “Kami melihat potensi Bukuran sebagai zona penyangga Sangiran yang ideal. Keberadaan destinasi baru ini tidak hanya akan memecah kepadatan kunjungan, tetapi juga memperpanjang durasi tinggal wisatawan di Sragen. Melalui verifikasi tim gabungan ini, kami berupaya memastikan bahwa pengembangan Desa Bukuran benar-benar terencana dan siap dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat,” ujarnya, menunjukkan komitmen Dispora.

Secara potensi, Bukuran menyajikan empat pilar utama wisata. Pilar tersebut meliputi wisata sejarah dan edukasi (terutama di Punthuk Bukur), wisata alam (seperti Sendang Penguripan), serta kekayaan kuliner lokal dengan menu khas seperti bukur, cakar ayam, balung kethek, dan tiwul yang siap memanjakan lidah pengunjung.

Selain itu, Bukuran menawarkan warisan budaya yang langka, yaitu atraksi kesenian tradisional Rodat. Kesenian ini unik karena menampilkan atraksi jedor yang diiringi nyanyian empat lagu syahadat dengan lirik campuran bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Potensi ekonomi kreatif pun semakin diperkaya dengan kerajinan dari batok kelapa dan kini, paket wisata workshop batik dengan motif khas Bukuran yang membidik target wisatawan limpahan pengunjung Sangiran, pelajar, dan peneliti.

Ipung Kurniawan Yunianto, M.Sn., yang mewakili akademisi sekaligus praktisi branding, menekankan pentingnya membangun narasi yang kohesif. “Desa Bukuran sudah memiliki aset yang kuat dan BUMDes yang berkomitmen, itu modal utama. Tugas kita selanjutnya, terutama dari perspektif Desain Komunikasi Visual, adalah bagaimana merumuskan narasi branding yang tepat agar potensi sejarah, alam, dan budayanya dapat diolah menjadi pengalaman unik khas Desa Bukuran. Dengan target pasar seperti pelajar dan peneliti, kita harus memastikan aspek edukasinya terkemas secara visual dan informatif,” kata Ipung, menyoroti kepakaran DKV dalam pembangunan destinasi.

Komitmen untuk memajukan Desa Bukuran juga datang dari institusi tempat Ipung Kurniawan Yunianto mengabdi. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pemajuan destinasi wisata di Kabupaten Sragen melalui Penerjunan Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, program Penelitian Dosen yang fokus pada aspek branding dan pengembangan produk kreatif, serta Pengabdian Masyarakat Berdampak untuk optimalisasi visual desa wisata.

Verifikasi yang telah rampung ini menandai langkah awal peluncuran Bukuran sebagai destinasi wisata unggulan. Sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat diharapkan dapat menjadikan Desa Bukuran sebagai model sukses Pariwisata Berbasis Komunitas yang mampu menyeimbangkan pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi mikro.

(iky/fsrd)