Full Moon Discuss merupakan perhelatan berupa forum diskusi bagi mahasiswa untuk mengasah intelektual. Dimana persoalan diangkat dalam sebuah forum akademik, menjadi kajian diskusi, dan diuraikan secara mendalam, lalu dirumuskan menjadi cakrawala keilmuan. Acara yang diusung oleh Jurusan Kriya ISI Surakarta beserta FKMJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Jurusan) KRISSO pada malam purnama, yang bertempat di lingkungan kampus FSRD ISI Surakarta.
Melalui forum diskusi tersebut kesadaran intelektualitas diasah, dan budaya bercakap-cakap dengan argumentasi akademik terus menerus diadakan untuk membangun kekuatan pikiran mahasiswa Jurusan Kriya untuk memprediksi, mensiasati, medobrak dan menjalani bagaimana eksistensi seni kriya hari ini dan yang akan datang. Diskusi digelar di Pelataran Pagoda Kampus FSRD ISI Solo, Kamis (17/10/2024).
Mengambil tema “Kriya Mengkini”, sebagai pelaku dan pemangku kompetensi tersebut, dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Secara sederhana tantangan para Kriyawan dianalogikan bersinggungan dengan masyarakat 2 pulau yang berbeda diantara ‘Pulau Kriya‘. Pulau yang pertama bernama ‘Pulau Peramban‘ yang menandai dirinya dengan kemampuan ilmu komputerisasi yang mampu meniru kemampuan intelektualitas manusia. Pulau yang kedua adalah ‘Pulau Perobot’ yang dihuni oleh ilmuan teknik yang menciptakan mesin pereka buatan sejenis robotic. Dan pulau ketiga adalah ‘Pulau Kriya’ yang dihuni oleh semua kriyawan, sebagai komunal yang dianggap dilemmatic position.
Namun diantara mereka kukuh masih memiliki premis The Power of “Tangan”. Dimana kerja manual memiliki daya dan aura hidup tak tergantikan. Bahkan mereka melugaskan pernyataan bahwa hasil karya tangan harus tercipta sebagai masterpiece agar dunia robot tidak mampu membuatnya. Pola-pola eksplorasi material komposit menjadi media baru, teknik finishing yang spesifik, teknik membentuk yang autentik sejenis assembling, kolase, mosaic dan sejenisnya tetap diperjuangkan sebagai autentikasi kerja tangan.
Dengan Pemantik diskusi Aries B. M Ketua Jurusan Kriya ISI Surakarta, menghadirkan narasumber M. Sofwan Zarkasi, Dosen Seni Murni ISI Surakarta yang membahas “Kriya Hari Ini Di Era Disrupsi Digital dan AI”. Dengan tidak menutup diri dari perkembangan teknologi dan mampu memposisikan diri terhadap suatu teknologi tersebut, maka seorang calon kriyawan dapat memahami peran disrupsi teknologi pada karya kriya. Konsistensi dalam berkarya mampu menunjang kesiapan calon Kriyawan dalam menghadapi disrupsi seni kriya masa kini, dengan pemahaman literasi tentu dapat menunjang daya eksplorasi ide, teknik, bahkan komponen material yang digunakan pada proses penciptaan karya.
Sementara Baratasena, Owner Jalan Kayu mengurai cara “Melawan Keraguan Berkarya Cipta”. Memahami peran disrupsi teknologi sebagai objek atau subjek menentukan pandangan yang berbeda pada proses penciptaan karya.
“Upgrading minsed, skill, dan berani bereksplorasi mampu memposisikan disrupsi teknologi pada porsi semestinya. Dalam perjalanan panjang menggeluti kriya, kayu, saya menemukan pengalaman yang hanya dapat dijawab dengan menempuh pendidikan” ujar Baratasena.
Berani mencoba menciptakan produk baru yang belum pernah ada, merupakan salah satu upaya menmenarik minat konsumen. Pengalaman analisa terhadap suatu pengalaman dapat memicu daya eksplorasi sehingga terciptalah karya yang berbeda dari karya yang lainnya.