Gathering Stakeholder Pariwisata Solo bersama Praktisi dan Akademisi Periklanan dan Branding

Tanggal

Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Surakarta menyelenggarakan Gathering Stakeholder Pariwisata Solo dengan tajuk “Strategi Implementasi Brand Solo – The Spirit of Java”. Gathering ini dibuka oleh Kepala Dinas Pariwisata Solo Drs. Arya Widyandoko. Menghadirkan narasumber M. Irfan Sutikno, praktisi periklanan Solo serta Dr. Taufik Murtono, S.Sn., M.Sn, dosen Prodi DKV FSRD ISI Surakarta, Selasa 18/7.

M. Irfan Sutikno memaparkan implementasi logo Solo The Spirit of Java untuk menjaga konsistensi dalam implementasi brand kota ini. Logo baru Solo telah diluncurkan akhir Desember 2022 lalu. Irfan menekankan pentingnya kesamaan pemahanan teknis tentang tata cara implementasi visual logo Solo The Spirir of Java dalam berbagai platform media, untuk itulah pihaknya merilis graphic standard manual yang bisa diakses oleh siapapun melalui BPPD kota Surakarta.

Sementara itu Taufik Murtono mempresentasikan beberapa persoalan penting mengenai branding kota. Kota dijelaskan sebagai entitas yang sangat kompleks. Kota terlalu besar untuk dimengerti secara keseluruhan, sehingga citra kota yang ada di kepala kita sebenarnya bukanlah seperti apa kota itu, tetapi hanya persepsi kita tentangnya. Persepsi tersebut juga tidak stabil atau bisa berubah sewaktu-waktu. Untuk itu, diperlukan branding kota agar dapat mengubah persepsi orang tentang kota dengan sengaja, dan membentuk identitas sesuai dengan keinginan. Mengomunikasikan citra kota sehingga karakteristik terbaiknya dimunculkan. Karena karakteristik tersebut dianggap positif oleh warganya, turis, investor, dan pemangku kepentingan utama lainnya. Untuk mendapatkan karakteristik terbaik kota sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan kepentingan pihak luar seperti investor dan wisatawan, namun harus lebih memperhatikan kepentingan warga kota. Warga setempat merupakan entitas yang sering terlupakan dalam aktivitas branding kota.

Dalam kasus branding kota ini, menurut hemat Taufik bila spirit of java sudah ditetapkan maka perlu diimplementasikan dalam cetak biru pembangunan infrastruktur, investasi, dan pariwisata. Selanjutnya perlu membedah nilai-nilai kompetitifnya untuk dijabarkan dalam kegiatan branding (touchpoints) dan advertising (messages & media). Taufik mengakhiri paparannya dengan penjelasan, branding kota seharusnya muncul secara organik dari masyarakatnya, mengingat produk yang baik akan memasarkan dirinya sendiri.


Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Surakarta Retno Wulandari yang memprakarsai gathering menjelaskan, dalam waktu dekat kami akan menindaklanjuti simpulan yang muncul dalam pertemuan hari ini, hingga upaya city branding ini dapat berjalan dengan baik, dan membawa dampak yang nyata dalam pengembangan pariwisata, perdagangan maupun Investasi di kawasan ini.

(Fix/Kanu/FSRD)