Nur Muhammad Taufiqul Hakim, mahasiswa Prodi Desain Mode Batik Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, berhasil menyelesaikan proyek pengembangan motif batik Betawi bertema “Buketan Salak Condet” sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) skema Proyek Independen. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan (Maret-Juni 2025) di Museum dan Galeri Batik Owens Joe, kawasan Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo.
Dibimbing oleh Dr. Aan Sudarwanto, S.Sn., M.Sn., mahasiswa Desain Mode Batik ini fokus pada pengembangan motif batik Betawi kontemporer dengan mengangkat Salak Condet sebagai inspirasi utama. Maskot Jakarta ini diolah melalui teknik stilasi menjadi motif buketan yang diaplikasikan pada desain busana streetwear modern.
“Proyek ini tidak hanya membantu penyelesaian tugas akhir, tetapi juga memberikan pengalaman langsung dalam proses kreatif mulai dari desain motif, pembatikan, hingga produksi busana,” ujar Taufiq dalam rilisnya.
Di Galeri Batik Owens Joe, Taufiq menjalani proses kreatif secara intensif merancang 3 (tiga) varian motif utama dan 2 (dua) motif pendukung, membatik dengan teknik tulis dan kombinasi pewarnaan remasol (celup dan colet), merancang 5 (lima) outfit streetwear bernuansa batik Betawi kontemporer, dan juga membantu proses produksi mitra seperti pemotongan pola busana
“Kami sengaja memilih teknik pewarnaan remasol karena memberikan warna cerah khas Betawi yang sesuai dengan karakter streetwear modern,” jelas pemuda asal Jakarta ini.
Menurut Aan Sudarwanto selaku DPL (Dosen Pembimbing Lapangan), kegiatan MBKM Mandiri skim Proyek Independen sekaligus menjadi ajang kolaborasi akademisi dengan pelaku industri batik. Sedangkan dari pemilik Galeri Batik Owens Joe mengapresiasi inisiatif mahasiswa dalam mengembangkan motif lokal dengan sentuhan kekinian.
Ke depan, Taufiq berharap karya ini dapat diproduksi massal dan dipasarkan secara komersial. “Saya ingin batik Betawi bisa menjadi bagian dari gaya hidup anak muda urban,” pungkasnya.
(aan/fsrd)